/* Page Structure

Rabu, 16 Maret 2011

Obesitas Ajang Reuni Berbagai Penyakit


Obesitas Ajang Reuni Berbagai Penyakit

Sebanyak 18% remaja dan 25% orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas.

Kelak, Inggris akan menghadapi persoalan baru dalam mengatasi penyakit kegemukan atau obesitas. Di tahun 2011, diramalkan separuh wanita di Inggris akan memiliki berat tubuh di atas ideal dan seperlimanya mengalami obesitas. Bahkan, pada tahun tersebut, sebanyak 22% perempuan hamil akan mengalami obesitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan North East Public Health Observatory yang dipublikasikan pada British Journal of Obstetrics and Gynaecology, obesitas pada perempuan Inggris umumnya dimulai ketika mereka mulai mengandung. Kesimpulan ini berdasarkan studi selama 15 tahun yang mereka lakukan pada 37 ribu perempuan hamil di sana. Hasilnya, ibu hamil yang mengalami obesitas meningkat dari 9,9% di tahun 1990 menjadi 16% di tahun 2004.

Obesitas tentu saja sangat berisiko bagi keselamatan ibu dan janinnya. Obesitas pada ibu hamil bisa berisiko keguguran, pre-eklampsia, dan tindakan caesar saat bersalin. ''Obesitas pada perempuan hamil saat ini menjadi sesuatu yang mengancam kita,'' ungkap rof John Wilkinson, direktur North East Public Health Observatory.

Masalah obesitas ini bukan hanya menjadi ancaman bagi negara-negara kaya seperti Inggris. Masyarakat Indonesia yang banyak mengalami gizi kurang atau gizi buruk juga harus berhadapan dengan masalah obesitas seperti layaknya negara-negara maju. Bahkan, saat ini Indonesia sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderita obesitas.

Kecenderungan beban ganda yang dihadapi persoalan gizi di Tanah Air ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie pada seminar Gizi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi persoalan ganda dengan masih banyaknya penderita gizi kurang, namun di sisi lain juga terjadi peningkatan kecenderungan orang menderita obesitas.

Yang mengejutkan, ungkap Aburizal, saat ini obesitas sudah terjadi di level anak SD dan SMP. ''Ini karena mereka kelebihan gizi, akibatnya risiko penyakit seperti diabetes, jantung koroner, dan juga hipertensi, makin meningkat setiap tahunnya,'' jelasnya.

Bahkan, menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Prof Dr Herdinsyah MS, saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18% Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25% dari total populasi seluruh Indonesia.

Herdin yang juga Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB ini menyatakan bahwa saat ini kecenderungan untuk menjadi gemuk atau menderita kelebihan berat badan sudah dimulai dari sejak anak-anak. Memasuki pubertas atau mulai usia 10 tahun ke atas, anak-anak zaman sekarang cenderung mengalami kenaikan berat badan tidak terkendali. Angka ini, kata Herdin, terus bertahan hingga ia memasuki usia paruh baya atau sekitar 50 tahun.

Menurut Herdin, kecenderungan orang mulai sadar di usia paruh baya karena selain mereka sadar akan bahaya obesitas, banyak di antara mereka juga mulai merasakan efek dari berat badan yang berlebih. ''Biasanya di usia ini mereka sudah mulai kena ekses obesitas seperti diabetes, kolesterol, jantung, dan juga tekanan darah tinggi,'' jelasnya. Karena itu, rata-rata di usia ini mereka mulai kembali menjalani pola hidup sehat seperti mengatur pola makan termasuk berolah raga.

Herdin menjelaskan ada tiga alasan penyebab kegemukan, yaitu makanan yang berlebihan, aktivitas yang kurang, dan faktor genetika. Namun, meski memberi kontribusi sebesar 20%, faktor genetika ini memberikan kontribusi yang sangat sedikit terhadap kecenderungan orang mengalami obesitas.

Karena itu, kata Herdin, jika tidak ingin mengalami obesitas, maka jalanilah pola hidup sehat. Selain mengatur pola makan sesuai kebutuhan tubuh, juga melakukan rajin melakukan aktivitas fisik. Menurut Herdin, salah satu aktivitas fisik yang bisa dilakukan dan tidak memberatkan adalah dengan berjalan kaki. ''Jalan kaki minimal dua hingga empat km per hari atau setara dengan jalan kaki berkeringat 30 menit sudah cukup baik,'' katanya.

Semua langkah penanganan obesitas ini sangat penting mengingat kondisi berat tubuh yang berlebihan menjadi pintu gerbang masuknya berbagai jenis penyakit. Salah satu yang paling dikenal sebagai akibat obesitas, kata Herdin, adalah efek 3H yaiti hipertensi, hiperkolesterol, dan hiperglikemia. Penumpukan lemak dalam darah juga akan menyebabkan gangguan jantung koroner, serta resistennya tubuh terhadap insulin yang mengakibatkan kerusakan ginjal.

Bukan hanya pada berdampak buruk pada kesehatan, secara sosial pun obesitas akan menimbulkan masalah pada penderitanya karena membuat penderitanya tidak percaya diri. Dari sisi produktivitas kerja pun buruk, karena biasanya penderita obesitas menjadi mudah lemah, termasuk tidak gesit dalam beraktivitas. Selain itu, banyaknya penderita obesitas yang menderita penyakit tertentu membuat beban subsidi pemerintah terhadap biaya kesehatan pun akan semakin tinggi.

Ikhtisar
- Ada tiga alasan penyebab kegemukan, yaitu makanan yang berlebihan, aktivitas yang kurang, dan faktor genetika
- Akibat obesitas adalah efek 3H yaitu hipertensi, hiperkolesterol, dan hiperglikemia

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda